Rabu, 19 Januari 2011

Kenangan 39 tahun DKM di Riburane Gedung Kesenian


                                                

                                                         
 (Adegan 1)


MARKAS PEJUANG, BENDERA MERAH PUTIH SEBAGAI LATAR, DIBALIKNYA TERDAPAT TULISAN: ROMBONGAN SANDIWARA “ SETIA “
 

                                          SEBUAH MARKAS PEJUANG DENGAN BERLATAR BENDERA MERAH PUTIH.  PADA LANTAI TERDAPAT TERAP ATAU PANGGUNG   BERUKURAN SEDANG. AGAK KEDEPAN TERDAPAT DUA BUAH KURSI LENGKAP DENGAN MEJA KERJA.
                                            SESAAT SEBELUM DAN SETELAH LAYAR DIANGKAT TERDENGAR SUARA PARA PEJUANG MENYANYIKAN LAGU-LAGU RIANG YANG    MENYEBABKAN KONSENTRASI KOMANDAN ANWAR AGAK  BUYAR DI DALAM MEMECAHKAN PERSOALAN-PERSOALAN YANG TERDAPAT DALAM SEKIAN BANYAK DOKUMEN PENTING.






KO. ANWAR                 :  (GERAM) Hgreee… Tenang sedikit !  (SUASANA JADI TENANG. SELANG BEBERAPA SAAT, TIBA-TIBA TERDENGAN KETUKAN)  Ya !  Siapa ?  
                                                               
JAGA                                :   (SUARA DARI LUAR) Satu tiga merah putih

KO. ANWAR                   :  Masuk !  (TERUS MENCERMATI PETA LOKASI)





KURIR                             : Lapor……….  Dua orang tentara Nippong, bernama:  Hamada  minta menghadap , komandan..

KO. ANWAR                   : Apa tidak salah ?  Bukankah seluruh Tentara Jepang sudah menjadi tawanan tentara Sekutu ?

KURIR                             :  Kami tidak tahu Komandan. Barangkali Samiun bisa     menjelaskannya.

KO. ANWAR                   : Samiun ?  maksudmu Samiun menangkap tentara Jepang ?

KURIR                             :  Emh…Justru kelihatannya mereka sangat akrab Komandan

KO. ANWAR                   :  ( KEHERANAN)  Suruh mereka masuk  !




KURIR                     :  Segera, Komandan. (MENINGGALKAN RUANGAN DAN  DARI LUAR MEMBERI KOMANDO : ) Kepada saudara Samiun dan Hamada, segera menghadap  ( HAMADA  MASUK MEMBOPONG BEBERAPA SENJATA   LARAS PANJANG, 2 BUAH SAMURAI 1 PUCUK   PISTOL  DIPINGGANG,  LENGKAP DENGANSARUNGNYA.)

KO. ANWAR                   :  Mana Samiun ?

HAMADA                        :  Saya sendiri  bingung Tuan, baru saja Samiun minta pinjam Pedang Samurai  saya, ia lalu terbang.

KO. ANWAR                   :  Terbang ?

HAMADA                        : Maksud saya belum sempat becara panjang lebar, saudara Samiun langsung pergi tidak tahu dimana.

KO. ANWAR                   : (MENARIK NAFAS) Jadi kau pinjamkan ia Samurai ?  apa kau tahu akibat dari kecerobahanmu itu ?... Bencana ! (HAMADA GUGUP TIDAK MENJAWAB …..) 

HAMADA                        : Saya pikir saya tidak ceroboh tuan. Samiun Orang baik. Tidak  suka neko-neko.

KO. ANWAR                   :  Aku lebih tahu siapa Samiun. Tanpa senjatapun ia mampu memmbunuh, melenyapkan nyawa-nyawa orang yang ia tidak suka apa lagi kau meminjamkan samurai. (DIAM SEJENAK)  Terus ?

HAMADA                        :  Nama saya Hamada. Dua hari lalu saya temui saudara Samiun di satu tempat untuk menyerahkan senjata ini. tapi ia bilang: Lebih bagus Hamada dan Harada ketemu langsung  Komandan Kompi satu resimen tiga Malili, Tuan Anwar.

KO. ANWAR                   :  Lalu ?







HAMADA                        :  Dengan segala senang hati saya sumbangkan senjata-senjata ini termasuk samurai  yang dipinjam saudara Samiun

KO. ANWAR                   :  Hamada, katakana terusterang maksudmu.

HAMADA                        : Hamada mau berbaur menggabungkan diri dengan  dengan Bangsa tuan.

KO. ANWAR                   : Tapi bukankah Bangsamu sudah bertekuk lutut kepada  Tentara Sekutu ?  yang berarti kau seharusnya menyerahkan diri kepada pasukan keamanan dunia ?

HAMADA                        :  Betul tuan, tapi Hamada pilih tidak mau tunduk sama    Sekutu.. Saya  suka berkawan dengan Bangsa Tuan.    Nippong – Inronesia; Satu saudara. Hamada - Samiun sudah satu kata; semua tentara asing dan kawan-kawannya harus lenyap di atas bumi !





KO. ANWAR                   : (TERSENYU SINIS) Hamada. Bukankah kau sendiri adalah tentara asing.  Tiga setengah tahun Bangsamu menindas Bangsaku, dan ketika bom atom menghancurkan Hirosima dan meluluh lantakkan Nagasaki, kau tiba-tiba mengatakan : Nippong-Indonesia:  berasaudara..?  Begitu Enteng !?

HAMADA                        : (HORMAT JEPANG) Tuan Anwar, tentara yang datang itu sesungguhnya tentara Belanda, Sekutu cuma nama. Sekutu   tidak lebih dari sebuah cangkang, agar Bangsa Belanda itu dapat kembali menjajah bangsa tuan. Karena itu Hamada sama senjata-senjata ini datang untuk membantu  tuan.





                                          (HAMADA YANG SEJAK TADI MEMBOPONG SENJATA  TIBA-TIBA DENGAN TEGAS IA MELETAKKANNYA  DI ATAS MEJA PIMPINAN )

KO. ANWAR                   : (MEMPERHATIKAN DENGAN ACUH) Hamada, aku dan bangsaku tidak pernah gentar meghadapi lawan, dari manapun datangnya. Dan kau harus tahu kalau musuh yang paling utama  yang bernama ketakutan-pun telah  kami tundukkan tampa  menggunakan senjata.   

HAMADA                        :  Lantas saya bagaimana Tuan ?

KO. ANWAR                   :  Kami akan menyerahkan kau kepada Tentara Sekutu.






HAMADA                        :  (SECEPAT KILAT MENGAMBIL DAN MEMBUKA SARUNG PISTOL UNTUK DITEMBAKKAN KE KEPALANYA) Saya lebih baik  bunuh diri, Tuan Anwar ! (KO. ANWAR MERAMPAS PISTOL DARI TANGAN HAMADA……….    TIBA-TIBA MUNCUL SESEORANG.

KURIR                             :  Lapor !  Kompoi Tentara Sekutu menuju markas kita pak.

KO. ANWAR                   :  Apa kau yakin kalau mereka ke markas kita ?

KURIR                             : Laporan mata-mata kita mengatakan : mereka mencari sisa-sisa laskar Jepang.

KO. ANWAR                   : Amankan semua. Hamada, dan senjata ini. (SANG KURIR DENGAN  SIGAP MELAKSANAKAN PERINTAH) - (KOMANDAN ANWAR MEMBENAHI BENDERA MERAH PUTIH SEHINGGA BERALIH MENJADI DEKORASI “ROMBONGAN SANDIWARA SETIA”)

KURIR                             : (SELESAI MENYEMBUNYIKAN  HAMADA DAN SENJATA) Apa tindakan kita sekarang Komandan ?

KO. ANWAR                   : Sampaikan kepada kawan-kawan jangan ada yang mengadakan perlawanan. Suruh beberapa orang atau paling tidak 2. (dua) orang menemani saya ditempat ini. Aku  kira kau sudah mengerti maksudku.

KURIR                             :  Siap !  dan sangat dimengerti Komandan ! (EXIT)




KO. ANWAR                   : (MENGAMBIL SESUATU DARI LACI MEJANYA, LALU MEMBEDAKI MUKANYA ALA TOPENG). Kejahatan dan muslihat adalah keselarasan yang bertolak belakang. Cintaku, ruang dan waktu penuh pergolakan.

PAENA’                           : (ANGGOTA ROMBONGAN SANDIWARA SETIA, MUNCUL DAN LAKONPUN BERLANGSUNG…) disaat aku menemuimu, ternyata engkau masih seorang

KO. ANWAR                   : Tak kusangka, tak kuduga ternyata engkau dan kasihku    berselingkuh.
                                             (TIBA-TIBA BEBERAPA ORANG BERSENJATA MENGEPUNG PARA PEMAIN. KO. ANWAR DAN KAWAN-KAWANNYA TIDAK MENGHI RAUKAN SITUASI, DAN LANJUT BERSANDIWARA)




                

DAENG BAINE              : Seandainya aku tahu akan begini jadinya, biarlah waktu melumat umurku, agar tak ada hati yang hancur karena pertemuan……

KO. ANWAR                   :  Penyesalanmu yang penuh kemunapikan adalah hal yang paling aku benci. Dan kau (KEPADA PAENA) manusia laknat yang selalu merampas milik orang lain, sekarang juga kau harus kuhancurkan selumat-lumatnya (ADEGAN PERTARUNGAN….. DIMENANGKAN OLEH KO. ANWAR)

DAENG BAINE              :  (MENJERIT MENYAKSIKAN  PERTARUNGAN DUA LELAKI KESAYANGANNYA) Tidak ! Hentikan… Oh alangkah kejamnya (KO. ANWAR MENGAHIRI NYAWA DAENG PAENA DENGAN CEKIKAN YANG MEMATIKAN. )




KO. ANWAR                   :  Engkau juga  harus mati sayang.

DAENG BAINE              :  Mengapa mesti harus ?

KO. ANWAR                   : Karena kau sendiri memihak kepada orang yang telah merampas kepunyaanku. (BANGKIT DG GERAMNYA)

DAENG BAINE              :  Tolong…. (MEMINTA TOLONG KEPADA KOMANDAN NICA) Tolong saya tuan……
 
KO. NIKA                        : (TERSENYUM MEMBIARKAN DAENG BAINE MEMELUK KAKINYA DAN TERTAWA GIRANG SAMBIL MEMBACA TULISAN PADA SPANDUK LATAR) Rombongan sandiwara setia. (TERTAWA LAGI DAN TERTAWA) Saya tidak mau terlibat dalam persoalanmu perempuan. (MENYENTAK KAKINYA DARI DEKAPAN DAENG BAINE, MENGAKIBATKAN DAENG BAINE TERSUNGKUR… MELIHAT KEJADIAN TERSEBUT KOMANDAN ANWAR BEREAKSI…..)

KO. ANWAR                   :  Tuan telah mengganggu latihan kami.

KO. NICA                        :  Nei..Nei.. justru kita ini datang untuk melindungi tuan-tuan dan Nona, dari ancaman tentara Jepang. Dan menurut keterangan mata-mata  kami, disekitar wilayah ini ada markas pemberontak yang melindungi tentara Jepang. Tuan tahu markas pemberontak itu ?







DAENG BAINE              : E. Tuan, Sejak dulu hingga sekarang ini, tidak pernah ada markas pemberontak disini, dan tidak pernah ada  kekacauan. Apa lagi melihat atau melinduungi tentara Jepang. Kami pekerja seni tidak punya musuh. Tetapi sekalipun begitu, hati kami sering menjerit lantaran hak kami selalu dirampas.

KO. NICA                        :  Dirampas oleh siapa, perempuan ?

DAENG BAINE              :  Oleh manusia yang kami namai, Musang berbulu ayam.

KO. ANWAR                   : Hati risau takada gunanya. Ambil galah rampas buahnya.  (KEMBALI BERSANDIWARA…………)     

PAENA’                           : Buah durian buah manis. Untuk apa memilih buah simalakama.  (BERGAYA)

KO. NICA                        :  Koe ini bicara apa he?

DAENG BAINE              : (SENGAJA MENGACAUKAN KONSENTRASI KO. NICA) Maksud dialog kami adalah  tentang  buaya yang pernah kalah oleah  harimau. Tetapi memang buaya licik, kembali menganga di tengah kehampaan. Kasihan harimau lapar kehilangan belang.

KO. ANWAR                   : (KEPADA KO. NICA) Beginilah keadaannya jika kami dalam latihan. Kedisiplinan lebih diutamakan (KEPADA DAENG BAINE) Lanjut…..




DAENG BAINE              :  Buaya timbul disangka mati, dikasih hati mau jantung.

PAENA’                           :  Pasang perangkap tak ada gunanya, dijebak juga tak ada artinya. Sayang.

DANG BAINE                :  dari pada tersesat, lebih baik pulang keasal mula

KO. NICA                        :  Kedengarannya dialog cukup bagus. Sayang kita orang tidak mengerti maksudnya.

KO. ANWAR                   :  Sandiwara kami tidak untuk dimengerti tapi untuk dinikmati tuan. Dan kenikmatan akan bertambah nikmat bila disertai dengan pengertian.  

KO. NICA                        :  Hm. begitukah?  (BERPIKIR) ya.ya. Terus terang rasa curiga saya jadi hilang. Tapi meskipun begitu, saya masih tetap percaya pada kebenaran laporan anak buah saya, kalau di wilayah ini terdapat sarang  pemberontak.





PAENA’                           :  Tuan  bisa buktikan ?

KO. NICA                        : (MENGULURKAN TANGAN, MINTA GULUNGAN KERTAS KEPADA BAWAHANNYA. IA LALU MEMBUKA DAN MEMPERLIHATKAN SKETS; SAMIAUN KEPADA ANGGOTA KELOMPOK SANDIWARA, SETIA)  Tuan en Nona pasti tahu orang ini bukan ?  Samiun, ia adalah orang yang sudahlama kami cari-cari dan kalian tahu ?  si bajinagan ini baru saja menebas batang leher anak buahku persis di persimpangan jalan Malili menuju Angkona. Kita orang memperkirakan kalau si Samiun ada kontak dengan tentara jepang. Karena setiap korban yang kami jumpai selalu mati karena sabetan Samurai. Dan mereka-mereka itu bersembunyi disekitar kampung ini. Apa jawaban tuan ?

KO. ANWAR                   :  Kami sebagai pemain sandiwara, hanya tahu nama tapi tidak tahu siapa orangnya, apa lagi keberadaannya.

KO. NICA                        :  kalau ucapan tuan benar, maka berhati-hatilah. Sebab bukan tidak mungkin sekali waktu samiun dan temannya orang Jepang itu akan memutuskan batang leher kalian. Tetapi jangan khawatir, sebab didaera antara Malili menuju Angkona kami perintahkan agar semua rumah penduduk digeledah. Bukan hanya itu bahkan kami sudah menginstruksikan agar kampong Cerekang termasuk kampong Ussu, dikawal secara ketat. Samiun dan kawan-kawannya harus kita tangkap hidup-hidup dalam tempo dekat. Sebabab kalau tidak, maka bersiaplah kamu en kamu semua, akan kehilangan kepala dengan perut terburai.     (BERAMKASUDMENINGGALKAN TEMPAT, TAPI KEMBALI MENOLEH DAN MENGHAMPIRI KETIGA ANGGOTA ROMBONGAN SANDIWARA SETIA) Selamat bersandiwara. En .. sebelum lupa, segera lapor kalau ada tentara Jepang berkeliaran di tempat ini. Nanti kita orang kasih hadiah besar, O.k ?

PAENA’                           : Kepada siapa yang harus kami hubungi tuan ? Alamat tuan kami belum tahu.

KO. NICA                        : Koe tidak perlu repot. Omong saja dari mulut ke mulut, itu sudah cukup ampuh tiba di telinga kami.  Sampai nanti.  (EXIT)





                                             (MOBIL TENTARA NICA MENDERU, LALU MENJAUH) KO. ANWAR PAENA’, DG.BAINE, BERNAFAS LEGAH, SALING BERPANDANGAN LALU TERTAWA BERSAMA) SESAAT KEMUDIAN  HAMADA TIBA-TIBA MUNCUL DARI PERSEMBUNYIAN DISUSUL OLEH SAMIUN. SUARA TAWA TIBA-TIBA BERHENTI SEMUA PANDANGAN TERTUJU PADA SAMIUN YANG SEMENTARA MEMBOPONG ASENJATA.)
    
KO. ANWAR                   : Syukur kita berhasil mengatasi situasi, selamat. (JABAT TANGAN DIANTARA MEREKA)

HAMADA                        : Terima kasih tuan. Tuan telah menyelamatkan saya dari sekutu.

KO. ANWAR                   : Dan kau sendiri, Samiun ? dari mana saja tiba-tiba muncul bersama senjata ?
                                                                         
SAMIUN                          :  Maap, saya habis membunuh 2 orang musuh. Karena musuh terlalu banyak dan menggunakan bedil, saya tinggalkan musuh itu.

Ko. ANWAR                    :  Dan secepat kilat kau kembali kemarkas ini bersembunyi ?

SAMIUN                          :  Betul Daeng. Di tempat persembunyian yang gelap, saya kaget, dan hapir kepala Hamada putus sama pedang ini. untung nama saya ia sebut. Kalau tidak ?......(DIPOTONG)





DAENG BAINE              :  Pasti senjata makantuan.

SAMIUN                          :  Begitulah kirakira. (ORANG-ORANG TERTAWA)      

KO. ANWAR                   : Saudara Samiun, berhati-hatilah sebab ternyata Belanda keparat itu sudah lama mengenalimu. Gambar wajahmu diatas kertas mereka bawa untuk diperlihatkan kepada semua penduduk agar kau secepatnya tertangkap.

HAMADA                        :  Sekutu - Nica, satu keluarga. Tapi Hamada - Samiun bersauara. Saya berjanji Tuan Anwar, tidak ada tentara sekutu dan tidak ada tentara Nica yang bisa menangkap saudaraku. Kecuali kalau Hamada sudah mati. Percayalah …percayalah….(SAMBIL HORMAT JEPANG)

SAMIUN                          : (MEMBIARKAN BOPONGANNYA JATUH DIATAS MEJA KOMANDAN, DAN SUASANA JADI HENING) Maaf, kalau  boleh Komandan, aku mita samurai ini ?
                        (PIMPINAN DAN HAMADA SALING BERPAN-     DANGAN DAN SALING MEMAKLUMI)

KO. ANWAR                   :  Kita semua sudah terlanjur basah, ambillah dan gunakanlah sesuai jabatanmu sebagai “Algojo”





SAMIUN                          :  Terima kasih Daeng, terima kasih Hamada. (MENGAMBIL- 
                                             NAPAS) Saya tidak tahu kenapa badanku seperti dibakar ?                  
                                                               
KO. ANWAR                   : Begitulah kalau seorang pejuang  menahan dendam.      (MENGHIBUR PERASAAN SAMIUN.)

SAMIUN                          :  Orang yang paling saya tidak suka adalah orang yang berteman dengan Belanda. (DEMIKIAN MENAHAN MARAH NYA IA MENGGUNCANG TUBUH KO. ANWAR) Orang-orang Kapir itu musti kita lenyapkan Komandan, tetapi siapa orangnya ?

KO. ANWAR                   :  Saudaraku… lambat atau cepat, pada ahirnya kita pasti tahu. Tunggulah saatnya.

SAMIUN                          :  (MATANYA MENYALA MENAHAN DENDAM) Tabe’         
                                                saya kedanau dulu. Merdeka ! (ORANG-2 MENYAMBUT DG KEPALAN TINJU)     Merdeka !!

HAMADA                        :  Mau apa dia didanau ?

KO. ANWAR                   :  Begitulah  kalau ia marah  atau selesai membunuh lawan.  Ia baru merasa  tenang  kalau ia merendam seluruh badannya didalam danau atau di sungai yang ada diwilayah Malili ini.

HAMADA                        : Saya suka orang seperti dia. Ia kurang bicara tapi otaknya jalan.

DAENG BAINE              :  Dan  paling ia benci adalah bangsanya yang memihak pada penjajah.

PAENA’                           : Maka selamatlah Tuan Hamada, di tangan sang Algojo              (DENGAN GAYA SANDIWARA)  sebab bencinya Samiun, kepada penghianat Bangsa, sejuta kali lipat dibanding dengan si penjajah itu sendiri.




KO. ANWAR                   :  Cukup. Sandiwara bukan bahan mainan, tetapi adalah sejata rahasia dibalik Merah Putih. (TEGURAN KOMANDAN ANWAR, MENGINGATKAN PAENA’ & DAENG BAINE MEMBE-NAHI POSTER  ROMBONGAN SANDIWARA “SETIA” KEMBALI MEJADI    LATAR MERAH PUTIH. KO. ANWAR YANG MENGAMATI DOKUMEN   Coba mari kita perhatikan peta ini (SEMUA BERKUMPUL DENGAN MATA TERTUJU PADA DOKUMEN) Menurut laporan informan kita, perairan di seluruh wilayah ini, (PADATA PETA) satu bulan nanti di perkirakan tidak  aman.

DAENG BAINE              :  Apa sebabnya Komanda ?

KO. ANWAR                   : Menurut keterangan segenap informan Pemuda Republik Indonesia  Kedatuan Luwu, kapal perang Angkatan Laut Belanda, sudah lama mondar mandir  mengadakan patroli di teluk Bone. Mulai dari garis pantai timur sampai kebarat, menyusur ke utara kampong Lamasi telah mereka bumi hanguskan. Harapan saya, jangan sampai kapal patroli itu      
                                             tiba di perairan Batu Pute………

HAMADA                        :  Ada apa dengan Perairan Batu Pute, Tuan ?

KO. ANWAR                   : Disanalah Datu Luwu bersama permaisuri dan beberapa anggota Dewan Hadat, termasuk beberapa pimpinan PKR berlindung di balik bukit. Dan kalau tempat itu ketahuan oleh Nica, boleh dipastikan Datu, beserta seluruh pengikutnya akan tertangkap. Ini artinya Perjuangan Rakyat Luwu kembali ke titik awal.  

HAMADA                        : Komandan Anwar.  Perlu segera dipikir-kan jalan keluarnya.

PAENA’                           : Tunggu. Menurut saya, yang paling penting didahulukan ialah menjawab kegelisahan Samiun, tentang siapa sebenarnya agen mata-mata  Belanda bangsat itu ?      

KO. ANWAR                   :  Menurutmu siapa ?  (BERLAGAK TIDAK TAHU)






PAENA’                           : Siapa lagi kalau bukan dari kalangan anak negeri sendiri ?. Komandan, Orang-orang ini harus dilenyapkan sampai habis sebab kalau tidak, baik strategi, apa lagi untuk meraih kemerdekaan  hanya merupakan impian belaka.

HAMADA                        :  Itu salah satu jalan keluar yang saya maksud tuan.

KO. ANWAR                   : Kalau begitu mau kalian, saatnya kiata mengerahkan seluruh kekuatan untuk membersihkan bajingan-bajingan itu. (MENGAMBIL DAFTAR NAMA-NAMA PENDUDUK DI LACI MENJA) Pulpen  yang merah. (DG. BAINE MENYODORKAN PULPEN DARI BALIK KUTANGNYA.) (KO. ANWAR MEMBERI TANDA PADA NAMA   ORG. YANG AKAN DI LENYAPKAN MALAM NANTI) Selain yang saya sudah tandai, menurut kalian siapa lagi yang dianggap paling berbahaya ?  (PAENA MENUNJUK NAMA DALAM DAFTAR BEGITUPUN DAENG BAINE.) Ya’ Cukup untuk malam nanti.  
Salin kembali nama-nama yang sudah ditandai, (KEPADA DAENG BAINE) bikin beberapa lembar lalu sampaikan keseluruh Pemuda Kompi satu Resimen tiga Malili. Hati-hati jangan sampai gerakan kita bocor dipihak lawan. (DAENG BAINE  LANGSUNG KE MEJA KERJANYA MENGETIK NAMA-NAMA PENGHIANAT) Saya, Daeng Baine, membagi tugas dan langsung  turun lapangan malam ini. Dan satu permintaan saya, Sdr. Hamada  saya harap tetap saja disini bersama dengan saudara    Paena’  Pelajari dokumen ini, cari dan temukan strategi peling  tepat untuk menangkal rencana musuh. Faham ?...    (DENGAN PISTOL DIPINGGANG  KO. ANWAR DAN DAENG BAINE  MENINGGALKAN MARKAS. Merdeka…!

















RI MULAI MALAM
(adegan 2)

HAMADA ASIK BERDISKUSI DENGAN PAENA’ SAYANG SUARA MEREKA TIDAK JELAS. SAYUP KEDENGARAN SUARA AZAN ISYA. SUARA
BURUNG HANTU BERSAHUTAN DARI KEJAUHAN
MALAM SEMAKIN LARUT SUARA-SUARA NGERI SEMAKIN
MENJALAR.. TERDENGAR SAMAR SUARA TEMBAKAN-
DAN DENTUMAN DIBARENGI PEKIK TANGIS MEMBUAT
SUASANA SEMAKIN MENGERIKAN DAN MENAKUTKAN
           
                                                                   
PAENA’                           :  (MENGGOSOK KEDUA LENGANNYA AGAR RASA NGERINYA TERATASI)….. Hagr…….…!!
                                             Saya tidak tahu apa yang bakal terjadi malam ini. (…..GELISAH…..)
                                            Semoga saja orang-orang malam ini pada nyenyak tidurnya.

HAMADA                        :  Negara kami Jepang, Matahari lekas terbit Tidur kami tidak banyak nyenyak. Sudah jadi kebiasaan. Lantas kalau malam ini orang tidak nyenyak tidurnya, apa yang terjadi ?

PAENA’                           :  Pastikan kita semua bisa celaka.  Gerakan kita malam ini bias menjadi  bumerang. Mata-mata musuh akan membongkar rahasia kita kepada   Belanda. dan  habislah kita. (MENJAWAB SAMBIL MENIRU DIALEK HAMADA… DAN TIBA-TIBA TERDENGAR KETUKAN PINTU)
                                             Siapa?!  (MEMBUKA PINTU. TAMPAK SEORANG KURIR MASUK DENGAN SEMPOYONGAN & NAPAS TAKBERATURAN)





KURIR                             :  Sulit dipercaya.

PAENA’                           :  Apa yang sedang terjadi ?

KURIR                             :  Tak seorangpun yang berhasil melaksanakan tugasnya.

PAENA’                           :  Bagaimana dengan komandan ?

KURIR                             : Ternyata beliau juga menemui kegagalan. Tapi anehnya semua target sudah terselesaikan. Nama-nama penghianat yang tercatat dalam dokumen, semua sudah menemui ajalnya.

HAMADA                        : Pagero …. Aku tahu sekarang… (SAMBIL MENUNJUKI DOKUMEN)

PAENA’                           :  Apa yang kau ketahui tuan Hamada ?

HAMADA                        :  Karena bigini , maka begitu. dan karena begitu maka begini ….. Ha.ha.ha...(ORANG-ORANG MENGERUMUNI DOKUMEN)

KO. ANWAR                   : (TIBA-TIBA MUNCUL DENGAN SUARA BERAT…. )
                                             Apa sebenarnya yang salah sehingga gerakan kita semua menjadi kandas ?

KURIR                             :  Tidak ada yang salah Komandan dan tidak dan tidak satupun yang kandas. Justru sepantasnya kita bersyukur karena tampa tindakan dari pasukan kita, penghianat-penghianat itu mampus dengan sendirinya.

KO. ANWAR                   : Saya tidak setuju pendapatmu. Ini adalah suatu kegagalan yang panatas disesalkan lantaran rencana milik kita, justru diambil alih dan diselesaikan oleh orang yang kita tidak kenal.

PAENA’                           : Saya khawatir, dokumen ditangan Daeng Baine bocor kepihak ketiga.

KO. ANWAR                   : Dan Itu tidak bisa di maafkan. Kau (Kpd. KURIR) Cari dan temukan  Daeng Baine, cepat suruh melapor  ke markas ini. (TIBA TERDENGAR JAWABAN DAENG BAINE……..)                                                                                                              
DAENG BAINE              : Tidak perlu. (BERJALAN NAIK KETERAP DEPAN MERAH PUTIH) Saudara-saudara tidak perlu cemas, biarlah tugas mulia malam ini, saya  tangani sendiri.

HAMADA                        :  Hebat ! Luar biasa…..

DAENG BAINE              :  Begitulah pesan saudara Samiun.

KURIR                             :  (UCAP BERSAMA) Samiun ?

DAENG BAINE              :  Ya, Samiun. Kedua, ia juga menyampaikan pesan supaya target jangan setengah-setengah. Sebab jika setengah-setengah, menurutnya hanya membuang-buang waktu. Kesempatan hilang percuma.

KO. ANWAR                   :  Dimana Samiun sekarang ?

DAENG BAINE              : Seperti biasa Komandan. Dinginnya  air sungai di  Malili merupakan selimut hangat di badannya.   Ia baru bisa ditemui menjelang fajar di sebuah masjid, kalau memang ia diperlukan. Demikian yang ia sampaikan kepada saya.

KO. ANWAR                   :  Biarkan saja. Saya pikir tidak ada masalah. Yang masalah Ialah akibat dari hasil pekerjaannya yang sungguh mengagumkan tapi justru membahayakan. Tingkatkan kewaspadaan …….

HAMADA                        : (MEMOTONG) Saya faham maksud Tuan Anwar. Tuan mau mengatakan kalau orang mati itu, dibunuh oleh Jepang yang lagi bersembunyi di markas ini.

KO. ANWAR                   : Persis. Sehingga tidak mustahil Belanda Nica itu, akan melakukan penyisiran diseluruh wilayah ini. Bahkan mungkin saja, Satu Malili akan di bumi hanguskan dengan kobaran api.

KURIR                             :  Bagaimana kalau Hamada saya bawa dulu bersembunyi ….

SAMIUN                          : (TAMPA DIDUGA TIBA-TIBA SAMIUN MUNCUL DENGAN PAKAIAN BASAH KUYUP DISEKUJUR TUBUH). Saudara Hamada….





KO. ANWAR                   : Samiun, kau jangan tergesa-gesa dalam bertindak. Sabetan samuraimu semakin meyakinkan Belanda, kalau di daerah ini bermukim berpuluh-puluh Hamada. Bukankah kita  senantiasa berusaha untuk selalu melindungi satu orang Hamada ? agar dapat bahu membahu mengatasi serbuan Belanda yang kian hari kian mengganas ? Pengalaman menunjukkan kekejaman Nica tidak pernah setengah-setengah dalam bertindak (MENGAMBIL CATATAN DARI DALAM LACINYA LALU MENYODORKANNYA KEPADA PAENA’ ) Coba bacakan dan  renungkan semua apa-apa yang telah mereka lakukan di Negeri ini.

SESEORANG                  :  (MEMBACA CATATAN) Di bulan Pebruari 1946 Nica melalukan kekejaman di Sulawesi selatan. Khususnya terhadap rakyat Luwu; di Masamba 300 rumah dibakar habis bersama 200 laki-laki yang tak berdosa dianiaya sampai mati. Saudara Idris Usman, pegawai repoblik kantor pos, dikuliti kepalanya lalu dadanya ditikam bajonet kemudian di pertontonkan ditengah pasar lalu tubuhnya ditetak-tetak dengan bajonet sampai mati. Wanita-wanita ditangkapi dan dipenjarakan. Segala milik mereka dirampas, bahkan wanita yang memakai gigi emas dicabuti gigi emasnya, telinga-telinga mereka robek akibat antingnya direnggut dengan paksa dan sesudah itu mereka disuruh berbaris sepanjang pantai lalu dihujani peluru senapan mesin……Kejahatan lain tentara Kenil. 11 (sebelas) murid sekolah, 10 (sepuluh) diantaranya ditembak mati, satu murid dibiarkan hidup untuk digunakan menunjuk jalan mencari orang yang telah mengungsi, anak itu sempat meloloskan diri tapi malang baginya ia kembali di tangkap dan ditembak di depan umum. Kekejaman lain juga menimpa seorang gadis muda, anak seorang kepala distrik. Pahanya yang halus mulus ditembak ketika ia menaiki perahu, setelah ditangkap, ia dimasukkan kedalam rumah sakit Palopo, lalu ia dijadikan alat pelampiasan nafsu birahi tentara kenil…..





DAENG BAINE              :  Sudah !  Jangan diteruskan. (RERAMPAS CATATAN)

SAMIUN                          :  Maaf. Saudara Hamada Ikut aku. Tabe Komandan (MENJEMPUT TANGAN HAMADA LALU PERGI. SEJENAK SUASANA JADI DIAM)

KO.ANWAR                    : ( MENARIK NAPAS PANJANG LALU MENGAMBIL HARLOJI DARI DALAM KANTONGNYA….) Waktu menunjukkan pukul: sebelas malam, lewat empat puluh lima menit. Kita punya kesempatan lebih dari cukup  benahi barang-barang yang bisa menimbulkan kecurigaan Belanda siluman itu. (SEBUAH POSTER BERTULISKAN ‘ROMBONGAN SANDIWARA SETIA’ DIMUNCULKAN KEMBALI DAN DIBAWAH POSTER TSB. TERTERA TULISAN  “JUMPA DI PANGGUNG MASAMBA”) menjelang subuh nanti, saudara Kurir segera menghubungi kawan-kawan di Angkona, (KEPADA SESEORANG) Kau sendiri ke Cerekang, dan Ussu. Sampaikan agar meningkatkan kewaspadaan. Ini penting  mengingat akan mengganasnya kebrutalan Belanda atas kematian kaki tangannya. Saya sendiri,  Daeng Baine dan Paena tetap di bertahan disini guna menghadapi Patroli Belanda yang  bakal menggeledah  Markas kita.




                                                                                                               
KURIR                             :  Bagaimana dengan Hamada ?

KO. ANWAR                   : Termasuk Itu tugasmu. Segera temui Samiun si Malaekat pencabut nyawa itu. Tanyakan, apa Hamada masih hidup ?  Kalau masih, katakan kalau tidak ada halangan, kita jumpa di  Markas ini lusa malam, harus !  Laksanakan !

KURIR                             : Daeng Baine, di masjid mana saya bisa temukan saudara Samiun ?

DAENG BAINE              :  Kira-kira Enam ratus lima puluh meter dari tempat ini, belok kanan.

KURIR                             :  Saya kira disana tidak ada Masjid tapi Surau.

DAENG BAINE              :  Surau, Masjid sama saja. Cari dan temukan di bawah
                                             atap lapis ke dua dari lantai bawah.

KURIR                             :  Saya mengerti….. Merdeka ! 

KO. ANWAR                   :  Merdeka !  (KURIR EXIT)

                                             CAHAYA PELAN MEREDUP DISERTAI BUNYI SIRENE PATROLI DARI KEJAUHAN. KEGELISAHAN BERCAMPUR CEMAS MENYELUBUNGI SUASANA BATHIN PARA PEJUANG. TAKLAMA KEMUDIAN, MOBIL BELANDA-PUN SUDAH BERHENTI DI DEPAN MARKAS PEMUDA. SUARA KOKANG SENJATA BELANDA CUKUP MEMBUAT GUGUP PENGHUNI MARKAS.


                                                                              
               (Adegan 3)

DAENG BAINE              :  (CAHAYA TEMARAM) Komandan ?!

KO. ANWAR                   : Tenang. Seperti biasa saja. Atau kau tinggalkan dulu tempat ini. (SETELAH LATAR MERAH PUTIH MENJADI POSTER ROMBONGAN SANDIWARA “SETIA”, KO, ANWAR MEMBERI ISARAT KEPADA PAENA’)
                                              (SEMENTARA DILUAR SUARA TENTARA NICA TERDENGAR  MENGEPUNG MARKAS)






PAENA’                           :  (TANGGAP)     Ashalathukhaerumminannauuuuum  2 X
                                                                        Allahu Akbar 2 X
                                                                        Lailaha Illallaaaah

KO. ANWAR                   : Tuan-tuan yang berada di luar silahkan masuk !  Pintu tidak terkunci  !

KO. NICA                        : (DENGAN PENGAWAL PENUH SIAGA) Kami tidak ada maksud mengganggu orang sembahyang, karena itu kami cuma mau  bicara sebentar.

PAENA’                           :  Mengenai apa tuan ?

KO. NICA                        : Tahukah kamu,  kalau temanmu sendiri si perempuan itu (KEP. KO. ANWAR) telah membohongi kita orang ?

 KO. ANWAR                  :  Bagaimana mungkin  ?

KO. NICA                        : Bagaimana mungkin ? Kau lupa beberapa hari lalu kalau perempuan itu bilang daerah ini aman? Tidak pernah ada kekacauan ? Tidak ada Jepang. Tetapi kenyataannya  di depan mata, banyak penduduk tewas mengerikan dengan kepala terpenggal. Dan ini pasti hasil kerja samurai orang-orang jepang.
                                             Bagaimana ?  Apa jawabmu sekarang. ?

KO. ANWAR                   : Maaf tuan, kami tidak punya waktu untuk menjawab atau berdebat. Kami mau Sholat.

PAENA’                           : (KAMAD SUBUH) Allahu Akbar. 2X  Asyhadu Allailahaillallah
                                             Asyhaduanna Muhammadarrasullullah …DST………

PENGAWAL NICA        :  Bagaimana kalau kita tembak saja mereka Mener ?

KO. NICA                        : Jangan bertindak bodoh. orang sembahyang tidak boleh ditembak. Mereka bisa masuk Sorga  dan kita masuk Neraka, goblok !(MENINGGALKAN MARKAS DENGAN PENUH KESAL) Aghrr…           Ghoodverdommes.

                                             (CAHAYA MEREDUP PELAN SAMPAI GELAP TOTAL)






(Adegan 4)
                                     
(BEGITU LAMPU MENYALA KO.ANWAR, PAENA, HAMADA DAN DAENG BAINE, TAMPAK TENGAH MENGADAKAN RAPAT……..  TAMPAK KO. ANWAR MEMBERI TANDA PADA DAFTAR NAMA YANG DI TARGET.)

KO. ANWAR                   :  Tolong simpan dulu, dan jangan diketahui oleh siapapun.

DAENG BAINE              : (MENERIMA DOKUMEN DARI KOMANDAN ANWAR DAN MENYIMPANNYA KE DALAM LACI MEJANYA, LALU KEMBALI MENGGABUNG DI MEJA RAPAT UNTUK TURUT   MENGEAHUI RENCANA STRATEGI YG. AKAN DITERAP KAN. MELALUI GAMAR BESAR
                                             YANG TERPAJANG PADA SEBUAH PAPAN TULIS, KOMANDAN ANWAR MENJELASKAN DENGAN RINCI TAKTIK DAN STRATEGI YANG AKAN DIJALANKAN DALAM MENGHADAPI  KEMUNGKINAN-KEMUNGKINAN.
                                             DEMIKIAN SERIUSNYA DISKUSI, MEREKA TIDAK SADAR KALAU SAMIUN MUNCUL SECARA DIAM-DIAM MENGAMBIL DOKUMEN YANG YANG   TERSIMPAN DALAM LACI DAENG BAINE. SAMIUN TAMPAK BERPIKIR KE RAS MEMBOLAK-BALIK DOKUMEN TSB. UTK MENGETAHUI      NAMA NAMA ORANG YANG DITARGET, MAKLUM SAMIUN MASIH DALAM KEADAAN BUTA AKSARA.                   

                                             KURIR  MUNCUL TAPI DIHADANG OLEH SAMIUN DENGAN ISYARAT SUPAYA JANGAN BERSUARA. KEDUANYA SALING PENGERTIAN. (TERJADI DUA PEMANGGUNGAN) NAMUN FOKUS PADA  SAMIUN YANG MINTA PENJELASAN KEPADA SANG KURIR TENTANG SIAPA-SIAPA LAGI ORANGNYA YANG HARUS DILENYAPKAN DARI MUKA BUMI. SETELAH MENDAPAT PENJELASAN DARI KURIR MELALUI BAHASA ISYARAT, SAMIUN MENYIMPAN KEMBALI DOKUMEN TERSEBUT  DALAM LACI LALU PERGI.






KURIR                             :  (SEAKAN BARU TIBA)  Merdeka…..

KO. ANWAR                   :  Kebetulan saudara datang tepat pada waktunya.

KURIR                             :  Apa Komandan sudah mendengar berita ?

KO. ANWAR                   :  Belum. Apa yang telah terjadi ?

KURIR                             :  Kapal-kapal Belanda sudah mangkal di sepanjang perairan Luwu termasuk  Malli.
                                               
KO. ANWAR                   : Sudah kuduga sebelumnya. Karenanya saya pikir dengan adanya tambaha senjata dari saudara Hamada, termasuk kawan-kawan yang tersbar di setiap pelosok, di tambah beberapa pemuda bersenjata disekitar pantai, sudah merupakan kekuatan besar untuk mengusir mereka dengan segera.
                                                   
KURIR                             :  Apa betu-betul sudah dipikirkan dengan matang Komandan ?

PAENA’                           : (MEMOTONG) Mengapa tidak?  Seluruh perahu nelayan kita pakai menyerang pada malam hari. Dengan menyerang secara Frontal dan bergelombang  dari segala arah,  saya yakin Belanda yg sementara tidur diatas kapalnya akan kocar kacir untuk menyelamatkan diri dan kita pasti menang !

KO. ANWAR                   :  Tenang dulu. Jagan  terlalu bernapsu saudara Paena.

HAMADA                        : Betul Komandan, kita jangan mau kena tipu. Naluri saya mengatakan; Kapal musuh yang  lego jangkar di perairan ini sesungguhnya adalah pancingan. Tentara Belanda yang berada di atasnya saya pastikan sudah menghilang. Artinya, begitu kita menyerang kapal ini…  maka Belanda akan menyergap kita dari segala arah dan mampuslah kita semua.. ha..ha..ah..Maaf, tidak lucu….Bagaimana tuan ?





KO. ANWAR                   :  Saya kagumi pendapatmu, saudara Hamada.

KURIR                             :  Kalau demikian, strategi ini perlu disampaikan kepada semua Bapak-bapak Pimpinan Pemuda.

KO. ANWAR                   :  Ya. itu memang penting tetapi yang paling mendesak sekarang ini adalah kaki tangan Belanda, yang bakal menggagalkan semua rencana kita. Kalian tahu ? setelah saya mengamati daftar nama-nama, ternyata masih belasan penghianat yang harus kita lenyapkan dalam waktu singkat.

KURIR                             : Maaf, kalau kami boleh tahu siapa-siapa mereka itu, komandan ?

DAENG BAINE              :  Sabar….. akan saya ambilkan dokumennya. (MENGAMBIL DOKUMEN. TIBA-TIBA SAMIUN MUNCUL DENGAN SAMURAI BERLUMURAN DARAH)  Samiun, jangan bikin kaget aku.

SAMIUN                          : Tabe’ Komandan. (MENCABUT SAMURAINYA) untuk sementara, temanku ini baru 6 (enam) nyawa yang ia bunuh. Sebentar ini kalau tidak ada hambatan, ia akan bekerja terus samapi matanya jadi tumpul. Dan inilah orang yang paling saya tidak suka. (MELEMPAR BUNGKUSAN BERISI KEPALA) Orang itu  paling suka mengambil kepunyaan rakyat. Sebelum ia kupotong, lidahnya  kucabut dulu. karena bicaranya selalu pengaruhi pemerintah. Dan pemerintah yang Belanda itu adalah memang orang rakus, maka jadilah napsu setan mereka  untuk menguasai kepunyaan bangsa.  
                                             Merdeka !  (SECEPAT KILAT MENGHILANG)





PAENA’                           :  Gila…. Mulai pintar ia bicara (HENDAK MEMBUKA BUNGKUSAN)

DAENG BAINE              :  Jangan sentuh dan jangan di buka.

KO. ANWAR                   :  Ya. sebaiknya langsung di kubur
                                             (DAENG BAINE MENGAMBIL BUNGKUSAN, LALU KELUAR)

HAMADA                        :  Mengapa  takut tuan ?

KO. ANWAR                   : Tuan Hamada, bukannya takut.  Tapi bayangkan kalau kepala yang terbungkus itu adalah keluargamu, aku pasti kau sangat bersedih. Syukur-syukur kalau kau memiliki ketabahan, tapi kalau tidak ?  muncul  lagi masalah baru diantara kita.




HAMADA                        :  A… Harigato’  saya mengerti Tuan.

KO. ANWAR                   :  Kita lupakan…dan kepada kurirku yang baik berangkatlah,
                                             temui kawan-kawan dan sampaikan strategi  yang akan kita gunakan  nantinya. Usahakan bagaimana cara agar informasi ini bias samapi di Batu Pute tempat Datu berlindung.  Semoga berhasil.

KURIR                             : Maaf sebelum saya meninggalkan tempat, masih ada yang perlu saya sampaikan Komandan.

KO. ANWAR                   :  Ya. Segera katakan.

KURIR                             :  Kemarin, sebelum saya tiba di tempat ini,. Saya bertemu dengan anak buah komandan resimen 2 (dua) Kompi 1 (satu) Masamba. Kami sempat bertukar informasi, Komandan.






M. ANWAR                     :  Terus ?

KURIR                             :  Ia katakana kalau hari ini akan membawa surat perintah dari atasannya untuk, Komandan.

KO. ANWAR                   : Surat perintah ? Siapa yang mau ia perintah disini ? (TERSINGGUNG) Apa mereka tidak tahu kalau tak seorangpun anggota  kita yang dapat diperintah oleh orang luar ?  Sembarangan.

KURIR                             :  Maaf Komandan, saya hanya sekedar menyampaikan.

KO. ANWAR                   : Ya, Saya mengerti, dan itu memang tugasmu. (DUDUK DIKURSI SAMBIL MEMEGANG KEPALANYA DENGAN DUA TANGAN, SUASANA HENING)

KURIR                             :  Apa boleh saya pergi Komandan ?

KO. ANWAR                   :  Tunggu. Jangandulu kemana-mana.

KURIR                             :  Tapi……

KO. ANWAR                   :  Ini perintah Komandanmu!   

DAENG BAINE           : (MENGALIHKAN SUASANA) Bukankah dokumen ini penting untuk dibicarakan  ?

KO. ANWAR                   :  Untuk apa lagi, tidak ada gunanya.

HAMADA                        : Bagaimana bisa Tuan ?

KO. ANWAR                   : (MENGAMBIL DOKUMEN DARI TANGAN DAENG BAINE) Coba bayangkan, Semula saya berharap kalau kita malam ini menyebar menyerbu sasaran yang sudah direncanakan. Tapi lagi-lagi  Samiun mendahului rencana yg sudah aku buat. Apa tidak membingungkan ?





PAENA’                           :  Jangan bingung  Komandang.

KO. ANWAR                   : Kenapa tidak ?  Coba pikir, kalau oran yang terbunuh itu  justru adalah orang lain yang namanya tidak terdapat dalam dalam daftar ini, pastikan situasi diluar jadi kacau. Dengan kata lain kesempatan untuk bergerak sudah tercium. Anda-andakan sudah tahu siapa saudara kita yang bernama Samiun itu ?  ia toh ?  betul tidak ?  Boleh saja bertindak tapi jangan asal. Jangan membabi buta, yang membuat kita semua terbata-bata dan bingung.
                                             (KARENA EMOSI IA MEROBEK-ROBEK DOKUMEN ITU.  ORANG-ORANG  JADI DIAM.) – (SEJENAK MENENANGKAN DIRINYA)

HAMADA                        :  Saya tahu kalau sadaraku itu punya kekurangan. Tapi saya akui ketajaman nalurinya setajam mata smurai. Tindakannya tidak pernah meleset.

                                               
                                                                        ADEGAN 5








JAGA                                :  (SUARA DARI LUAR) Resimen II (dua) Kompi 1 (Satu) Mereh Putih, Masamba. Penting !

UTUSAN. I                      : Merdeka !  (DISAMBUT DENGAN SALAM YANG SAMA) Lapor, kami utusan dari Masamba.

KO. ANWAR                   :  Ya. Kamu dengan siapa ?

UTUSAN. I                      :  Kami Cuma berdua Pak!

KO. ANWAR                   :  Apa temanmu bersenjata ?

UTUSAN. I                      :  Ya. Bersenjata.

KO. ANWAR                   :  Suruh ia masuk !

UTUSAN. I                      :  Siap !  (MENUJU PINTU MEMANGGIL TEMANNYA)
                                             Mittamakki dolo. (UTUSAN II MASUK DENGAN SENJATA LARAS PANJANG DI TANGAN. KEDUANYA MENGHADAP. SEBELUM SAMPAI, SAMIUN MENYUSUL MENGENDAP-ENDAP DI BELAKANG MEREKA)

KO. ANWAR                   :  Kau ! (DENGAN NADA TAKTIS KEPADA UTUSAN II) Apa ada musuh disini ?

UTUSAN II                      :  Ditempat ini tidak ada Pak.

KO. ANWAR                   :   Tapi tanganmu memegang senjata.

UTUSAN II                      : Maaf Pak. (SADAR. IALALU MENYELEMPANG SENJATA LARAS PANJANGNYA)

UTUSAN I                       :  (MENYODORKAN) Sepucuk surat dari Pimpinan kami.

M. ANWAR                     ; (MENGAMBIL SURAT) Sekertaris (MENYERAHKAN KEPADA SEKRETARIS DAENG BAINE) Bacakan !

DAENG BAINE              : Yang terhormat Saudara M. Anwar. Pimpinan Polisi Istimewa Resimen 3 Kompi 1 Malili. Kami mengutus dua orang anggota kami untuk menjalankan tugas penting, yakni agar saudara segera menyerahkan 2 (dua) orang kaki tangan Belanda yang bertempat tiggal di daerah saudara. Kedua orang yang kami maksud adalah 1 (satu) : APechepechehpeche.  2 (dua) APichopichopichoh. Dengan menggunakan nama sandi sebagaimana yang telah kita fahami bersama seperti  tersebut diatas, berati menandaskan satu keharusan mutlak untuk dilaksanakan. Tertanda Atas Nama Pimpinan Resimen Pemuda  Masamba. 




M. ANWAR                     : Apa pimpinanmu tidak keliru ?  Apa ia lupa kalau aku pimpinan Polisi Istimewa Kopi 1 (satui) Malili, punya wewenang penuh menangani semua persoalan keamanan disini ? Coba kalian pikir, kalau Aku di Malili mengambil alih hak persoalan di wilayahmu ? Kira-kira bagaimana perasaan kalian ?! (Marah)

UTUSAN I                       :  Tapi Kami menjalankan amanah !

M. ANWAR                     :  Jalankanlah  amanah yang benar, dan jangan asal-asalan.






                                             (SUASANA TEGANG. UTUSAN II MENELUARKAN SENJATA DARI SELEMPANGNYA. SAMIUN SECEPAT KILAT MENGHUNUS SAMURAINYA. TETAPI KEDUABELAH PIHAK MENJADI TENAG KARENA DICEGAH OLEH MASING-MASING PIHAK………)

UTUSAN I                       :  Baiklah, kami permisi dan akan kami laporkan situasi yang tidak mengenakkan ini.

KO. ANWAR                   :  Baik. Dan Kalau pimpinanmu tidak sempat berpikiran jernih,
                                             apa boleh buat. Pasukanku dan pasukan komandanmu akan berhadap-hadapan. (KEDUA UTUSAN MENINGGALKAN RUANGAN. SUASANA JADI SENYAP….)

SAMIUN                          : Daeng, Siapa kaki tangan belanda itu. Biar aku yang menggorok lehernya, sekarang juga !

KO. ANWAR                   :  Itu sama dengan menggorok leher saya Samiun !

SAMIUN                          :  Jadi Daeng Melindungi penghianat ?

KO. ANWAR                   : Bukan melindungi. Samiun. Tepi aku memaafkan orang itu. Orang yang mengakui kesalahannya dan kini ia sudah kembali kejalan yang benar, mengapa kita tidak memaafkannya ? (SUASAN JADI DIAM)

SAMIUN                          :  Biarlah saya kedanau. (EXIT)




                                  




KO. ANWAR                 :   sudah. Mari, kita lupakan. Kita siap-siap berangkat ke medan lokasi. Kita butuh kosolidasi dengan para pimpinan pemuda lainnya. Kurir, berangkatlah sekarang juga, semoga berhasil dan sampai jumpa.

KURIR                            :  Selamat berjoang !

KO. ANWAR                    Persiapkan diri masing-masing, jangan ada yang kelupaan


                                             (MEREKA MELENGKAPI DIRI MASING. SEMUA SENJATA DIMUNCULKAN DARI PERSEMBUNYIAN-NYA : PAENA’ HAMADA,  KOMANDAN ANWAR, MEMBAWA SENJATA LARAS PANJANG, SEMEN-TARA DAENG BAINE MEMAKAI PISTOL. SETELAH SEGALA KEPERLUAN LAINNYA SIAP, MEREKAPUN BERANGKAT  MENINGGALKAN MARKAS). PANGGUNG BERANGSUR REDUP, DIIRINGI MUSIK PEMBANGKIT SEMANGAT…. SELANG BEBERAPA MENIT,  SUASANA PERTEMPURANPUN MULAI BERKOBAR.  PANGGUNG YANG PENUH KEGE-LAPAN DI PENUHI LEZATAN  CAHAYA PELURU.  DENTUMAN DENTUMAN  MERIAM SESEKALI MEMBUAT PANGGUNG TEMARAN OLEH CAHAYA. (TAYANGAN LAYAR )





              (Adegan  6)
                                                                                                                                            BUNYI TEMBAKAN MASIH TERUS TERDENGAR. IAKLAMA KEMUDIAN PANGGUNG BERANGSUR JADI NORMAL… KURIR, PAENA,  KOMANDAN ANWAR, SAMIUN, MENYERBU MASUK MARKAS DENGAN PENUH SEMANGAT  PERLAWANAN.

PAENA’                           :  Mana Daeng Baine dan Hamada  ?

KURIR                             :  Komandan, Keduanya telah gugur

KO. ANWAR                   :  Semoga arwahnya diterima sisih Allah. Amin…
                                             DITENGAH MASIH BERLANGSUNGNYA SUASANA PERANG TIBA-TIBA MENGUMANDANG SUARA LEWAT MEGAFON :





                                             Perhatian !  Perhatian !  Datu Luwu Andi Djemma bersama Permaisurinya. Bersama anggota Hadatnya, beberapa pimpinan pemuda, beberapa pimpinan PKR telah ditawan. Oleh karena itu kami maklumkam kepada pemimpi pemuda lainnya agar tidak mengadakan perlawanan. Bila pemberitahuan ini tidak diindahkan. Maka Datu Luwu Andi’ Djemma akan kami tembak mati !

SAMIUN                          :  Daeng, bagaimana ?  Saya masih bisa menebas leher belanda najis itu.
                                             (SEMANGAT SAMIUN DISAMBUT OLAH TEMAN LAINNYA)

PAENA’ &
KURIR                             :  Siap, kami menyerbu Komandan !!

KO. ANWAR                   : Saudaraku. (MENGATASI EMOSI KAWAN-KAWAN-NYA)  Ingat Datu. Kalau bukan karena beliau, sayalah yang pertama mati dari pada saudara. Demi Datu.  Ingat itu !
                                         (KOMANDAN ANWAR BERJALAN MENUJU TERAP, LALU IA BERDIRI TEGAP DAN DIAPIT OLEH PAENA’ KURIR, DAN SAMIUN)






SESEORANG                  :  Komandan. Kita berjuang bukan karena siapa-siapa, tetapi demi Bangsa dan Negara ini !
KO. ANWAR                   :  Saya tahu. Tapi jangan lupa, keselamatan Datu sama dengan menyelamatkan keluargamu berlapis-lapis turunan. Jasa-jasa beliau belum tentu ada yang menyamainya sekarang dan akan datang. Ingat itu !!
KO. NICA                        :  (TERDENGAR SUARA DOBRAKAN)  Buka !!
KO. ANWAR                   :  Tidak perlu mendobrak pintu yang tidak terkunci. !
KO. NICA                        :  Buka !!  (MASUK)
KO. ANWAR                   :  Kalau kau bernama maut, mendekatlah.
                                             Batas antara engkau dan kami disini
                                             Adalah warna-warna senyawa
                                             Dalam waktu dan ruang.
KO. NICA                        : Cukup !







PENGAWAL                   :  (MEMERINTAHKAN) Tetap di tempat dan letakkan senjata
KO. NICA                           (PARA PEJUANG PERLAHAN MELETAKKAN SENJATANYA MENYUSUL PENGAWAL TENTARA KENIL MENGAMBILNYA) Ahirnya kalian ketahuan juga. Ternyata Kau Samiun, si tukang begal satu rombongan dengan pemain sandiwara ‘SETIA’ (BERSUARA BERANG) Ketahuilan tuan Anwar berpuluh kawanmu telah mampus di dalam panggung pertempuran.
KO. ANWAR                   : Tidak ! Kawan-kawan kami tidak  mampus, dan takakan pernah mampus, melainkan   mereka telah  memasuki perannya dengan sempurna
KO. ANWAR                   :  Tutup mulutmu Tuan Anwar !  Tak perlu lagi ada dialog. Layar telah turun dan sandiwaramu telah selesai.
KO. ANWAR                   :  (MENATAP DENGAN TAJAMNYA,  TENANG IA MENGHAMPIRI KOMANDAN NICA )  Justru babak pertama baru dimulai.  (MENEKAN KATA DEMI KATA) 




                                          
KO. NICA                        :  Ghodverdomes. Lanjutkan babak keduamu di dalam penjara   bersma buronan ini !(KEPADA SAMIUN)....  Pengawal  giring mereka.
                                              (TENTARA NICA MEMBAWA PARA PEJUANG  KELUAR MARKAS DIBARENGI SUARA TEMBAK MENEMBAK YANG TERUS BERLANGSUNG)





                                                  
                              (Adegan 7)
NARASI                           :  Dengan di tawannya Datu Luwu pada Tanggal 2 Juni 1946, Kompi I (satu) Resimen III (tiga) Malili, dibawah Pimpinan M. Anwar di mana Samiun menjabat sebagai algojo menyerahkan diri demi keniscayaan Datu Luwu tercinta. Mereka di penjara selama lebih 8 (delapan) bulan tanpa pakaian dibadan kecuali celana kolor, tidur di atas lantai tampa alas.
                                             Pebruari 1947 Samiun diajukan Kemeja Hijau :
                                             (ANGGAPLAH DIRUANG PENGADILAN) SEBAGAI-MANA LAIKNYA ORANG HUKUMAN DENGAN TANGAN TERBORGOL, SAMIUN BERJALAN MENUJU TENGAH PANGGUNG. SESAMPAINYA IA DISANA, STATIS IA TAMPAK GAGAH BERANI
NARASI                           : SAMIUN. KAU DITUDUH MEMBUNUH DENGAN BERENCANA. MENGHILANGKAN NYAWA ORANG SEORANG DENGAN CARA KEJI, DAN TAK BERPERIKEMANUSIAAN. JAWAB. BENAR ATAU TIDAK





SAMIUN                          :  MENUTUP MATA SAMBIL TERSENYUM RINGAN.  IA MERASA BAHAGIA MEMBAYANGKAN MUSUH-MUSUHNYA TERTEBAS HABIS…………………



                                                           
                                                                  
NARASI                           : SAMIUN
                                             DARI SEKIAN BANYAK FAKTA NYATA
                                             MAKA KAU DITETAPKAN SEBAGAI
                                             PELAKU KEJAHATAN
                                             YAKNI MELAKUKAN PEMBUNUHAN SECARA BERANTAI DAN SUNGGUH DILUAR BATAS KEMAUSIAAN
                                             MAKA DENGAN INI PENGADILAN MEMUTUSKAN,
                                             MENJATUHKAN HUKUMAN MATI
                                             KEPADA TERPIDANA; SAMIUN
                                             (SUARA PALU  TIGAKALI)





                                                     
SAMIUN                          :  (BERJALAN MENUJU TEMPAT EKSEKUSI, NAIK KE TERAP)
NARASI                           : SAUDARA SAMIUN, SEBELUM SAUDARA MENJA-LANI HUKUMAN, ADAKAH PERMINTAAN TERAHIR SAUDARA ?
SAMIUN                          : Pertemukan saya dengan Komandan saya, Mmuhammad Anwar.





NARASI                           : ATAS PERMINTAAN SAMIUN. TAHANAN   M. ANWAR SEGERA KE TOMALEBBA UNTUK MENEMUI TERPIDANA MATI,  SAMIUN.
KO.ANWAR                    : (MUNCUL DENGAN TANGAN TERBELENGGU LANG-SUNG KE TEMPAT SAMIUN. SEBELUM SALING MERAPAT….)
SAMIUN                          : Genna’ memattoni Daeng*  (Berbahasa Bugis) 40 nyawa penghianat berbanding 1 orang Samiun (KEDUANYA SEAKAN MENJADI SATU, PENUH KEHARUAN)
KO. ANWAR                   : Jangan lepaskan kedekatanmu dengan Maha Pencipta (SAMIUN TERSENYUM HARU)
SAMIUN                          :  Tolong diperhatikan ibuku  Daeng. Ia sudah tua.
KO. ANWAR                   :  Insya Allah. ( NYARIS TAK KEDENGAR AN KARENA  MULUT TAK MAMPU  LAGI ICARA).






                                             SEORANG ALGOJO EKSEKUSI MENDEKATI SAMIUN DENGAN MAKSUD AGAR SAMIUN DI TUTUP MATANYA…………..
SAMIUN                          : Mata saya tidak perlu kau penutup .  (MENUDING DAN DENGAN GAGAH PERKASA MENGHADAP REGU TEMBAK)………..  ALLAAAHU AKBAAR !!!  
                                                
Dor DorDor
   Dor
  dor











                                             Perlahan roboh dengan penuh keagungan            
                           (Bagai hujan taburan bunga dari langit menutupi jazad Samiun)






                                               
            LAYAR TURUN



                        Makassar, 10 Desember 2007
                               
                          


                                  * Memang sudah cukup, Daeng.







                                          









                                                                         
All right reserved. Hak Cipta dilindungi Undang-undang                                             
Sanksi Pelanggaran Hak Cipta
Undang-Undang Republik Indonesia No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta
Lingkup Hak Cipta
Pasal 2 :
1. Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi pencipta dan pemegang Hak Cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Ketentuan Pidana
Pasal 72 :
1. Barang siapa dengan sengaja atau tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) atau pasal 49 ayat (1) dan (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah).
2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
.